Sikap Orang Tua dalam Menghadapi Anak Autis Autisme - Tak sedikit orangtua yang sulit untuk menerima kenyataan ketika mengetahui anaknya menyandang autis. Pendiri sekaligus ketua MPATI (Masyarakat Peduli Autisme Indonesia), Gayatri Pamoedji SE., MHc,mengatakan beberapa orangtua memilih untuk pura-pura tidak tahu dan memperlakukan buah hati selayaknya anak-anak pada umumnya.
Padahal, mereka membutuhkan perlakuan khusus yang tak dapat ditunda-tunda. Pasalnya, perkembangan penyandang autis tidak dapat menunggu. Ia akan terus tumbuh dengan kebutuhan pola asuh yang berbeda-beda dengan anak-anak lainnya. “Orangtua harus membuka mata dan mencari banyak informasi karena mereka yang menentukan jalan hidup anak-anaknya. Karena yang paling membantu bukanlah metode terapi, melainkan kesiapan orangtua dan dukungan dari keluarga serta lingkungannya,” tambah Gayatri.
Pada beberapa kasus, orangtua justru menyalahkan diri sendiri dan mencari-cari apa kesalahan yang ia perbuat hingga anaknya autis. Memang, ini merupakan salah satu respon yang wajar. Akan tetapi, yang harus disadari adalah tindakan harus segera diambil agar terapi dapat segera dilaksanakan. Pada akhirnya, ini tentu akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan buah hati.
Lantas, apa yang harus dilakukan orangtua ketika mengetahui anaknya menyandang autisme? Gayatri memberikan tahap-tahap berikut:
1. Siapkan diri
Orangtua harus benar-benar siap dan menerima dengan lapang dada. Pasalnya, sebelum berupaya menyembuhkan buah hati yang autisme sebaiknya sembuhkan dulu kondisi orangtua.
2. Kumpulkan informasi yang benar
Banyaknya anggapan salah seputar autisme justru membuat kondisi orangtua tambah terpuruk. Sebut saja mitos yang beredar bahwa autisme disebabkan oleh orangtua yang kurang menunjukkan kasih sayang dengan baik ketika buah hati bayi, atau “kutukan” yang disebabkan oleh kesalahan orangtua. Anggapan ini tentu sangat tidak berdasar.
Lebih baik, datangi dokter atau terapis, kemudian dekatkan diri dengan lembaga-lembaga atau orangtua dengan anak autis lainnya agar Anda mendapat informasi yang akurat dan tidak merasa “sendiri”.
“Kecakapan mengumpulkan informasi ini ditentukan oleh tingkat pendidikan orangtua. Semakin tinggi pendidikannya, semakin terbuka pikirannya, maka akan semakin cepat ia menyiapkan diri dan memilah informasi,” ujar Gayatri.
3. Pelihara harapan
Tepis anggapan bahwa autisme tak dapat disembuhkan. Pada faktanya, terapi yang tepat dan simultan dapat memperbaiki perkembangan diri buah hati. “Hanya saja perlu dipahami dulu konteks sembuh di sini, yaitu ia bisa mandiri dan memiliki self-help skill yang baik. Berapa lama ia bisa demikian? Perkembangannya tentu tak akan seragam antar anak,” tukas penulis buku 200 Pertanyaan dan Jawaban Seputar Autisme ini
.