Prosedur Medis Operasi Pengangkatan Rahim Kandungan - Dapatkah dibayangkan, ketika baru saja melahirkan sang buah hati, tiba-tiba sang dokter mengatakan rahim Anda perlu diangkat? Rasa sedih, bingung, dan takut pun campur aduk berkecamuk. Mengapa rahim mesti diangkat? Tak adakah jalan lain, sehingga rahim tak perlu diangkat? Ya, wanita manapun pasti sedih saat mendengar vonis angkat rahim. Bukan saja soal tak bisa menambah keturunan yang membuat sedih, soal keutuhan sebagai wanita pun jadi persoalan. Tak sempurna rasanya bila sudah tak punya rahim lagi.
Lalu, sejumlah pikiran buruk mulai membombardir perasaan. Apakah saya masih bisa merasakan kenikmatan seksual? Bagaimana bila vagina jadi memendek? Bagaimana bila saya tak bisa membahagiakan suami lagi? Sejumlah pertanyaan ini diakui dr. Eric Kasmara, SpOG, spesialis kandungan dan kebidanan dari Siloam Hospital Kebon Jeruk, kerap diajukan pasien yang menghadapi anjuran pengangkatan rahim.
Nah, agar lebih jelas dan pasti mengenai pengangkatan rahim ini, Eric berbagi informasi lebih jauh agar tak timbul salah persepsi yang dapat membuat wanita kian frustasi.
Indikasi Jelas
Pengangkatan rahim atau dalam istilah medis dikenal dengan histerektomi, memang kerap menjadi momok bagi kaum wanita. Ibaratnya, seperti menghadapi vonis dikebiri. Tentu saja bila rahim harus diangkat, seorang wanita tak akan lagi bisa memiliki anak. Kalaupun memang tak menghendaki memiliki anak lagi, masih ada kekhawatiran lain, salah satunya adalah hilangnya gairah dan kenikmatan seksual. Intinya, tak mudah bagi wanita untuk menerima anjuran angkat rahim.
Memahami berbagai kekhawatiran ini, Eric menjelaskan, pada dasarnya kebijakan pengangkatan rahim harus sesuai indikasi yang jelas. Bila bukan merupakan kasus gawat, perlu diagnosis menyeluruh dan pertimbangan matang sebelum menganjurkan pasien menjalani operasi pengangkatan rahim.
Berdasarkan referensi kepustakaan, alasan paling banyak melandasi keputusan pengangkatan rahim adalah mioma.
Diakui Eric, mioma bukanlah suatu keganasan yang harus mendapat tindakan operatif dan segera seperti layaknya kanker. Bisa dikatakan, mioma hampir selalu jinak dan banyak diidap wanita.
Mioma
Namun, pada kasus tertentu mioma bisa dijadikan alasan untuk mengangkat rahim. Misalnya, pada kasus mioma yang sudah terlalu banyak atau menimbulkan gangguan haid terlalu banyak. Jika demikian, dokter akan menyarankan angkat rahim agar tak mengganggu kesehatan dan menepis risiko terjadinya keganasan. Akan tetapi, tentu saja dokter tetap akan mempertimbangkan pendapat pasien. Apakah pasien masih menghendaki memiliki keturunan atau tidak.
Bila kasus yang dihadapi pasien adalah keganasan seperti kanker serviks, kanker rahim, atau kanker indung telur, dan sudah ditegakkan dengan hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi, maka pilihan operasi pengangkatan rahim merupakan opsi terbaik yang dianjurkan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
Ada pula alasan kegawatan seperti pada kasus perdarahan setelah proses persalinan. Perdarahan bisa terjadi bila otot dinding rahim gagal mengerut kembali (atonia uteri), sehingga pembuluh darah tidak menutup. Oleh karena rahim merupakan sumber perdarahan, maka dokter harus mengangkatnya untuk menyelamatkan pasien.
Tentu saja, tindakan ini merupakan pilihan terakhir setelah upaya dengan obat-obatan dan pengikatan pembuluh darah (arteri uterina maupun arteri hypogastrica) tak menunjukkan hasil. Dokter juga perlu memutuskan secara cepat, mengingat kondisi pasien yang berkejaran dengan maut.
Total & Subtotal
Histerektomi yang dilakukan memiliki teknik dan klasifikasi beragam. Ada yang dilakukan dengan teknik pengangkatan melalui perut (abdominal histerektomi) adapula teknik pengangkatan melalui vagina (vaginal histerektomi). Masing-masing teknik sesuai indikasi pengangkatan. Vaginal histerektomi dapat dilakukan bila kasus yang ditemui bukan kasus keganasan maupun perdarahan uteri. Kelebihan dari vaginal histerektomi, antara lain mengurangi tingkat rasa nyeri yang dirasakan pasien, terutama pasca operasi.
Selain itu, pasien juga lebih cepat pulih ketimbang histerektomi yang dilakukan dengan sayatan pada perut. Pada derajat pengangkatan rahim, histerektomi dibedakan menjadi histerektomi total dan sub total.
Histerektomi total artinya rahim diangkat seluruh bagian, berikut leher rahimnya. Sedang histerektomi sub total, masih menyisakan bagian leher rahim. Luasnya pengangkatan rahim ini didasarkan indikasi keganasan yang ditemukan.
Misalnya, pada kasus kanker indung telur, kanker rahim, dan kanker serviks. Pada kasus keganasan, dokter juga mempertimbangkan pengangkatan rahim secara radikal atau luas. Pengangkatan radikal meliputi rahim dan jaringan ikat di sekitarnya.
Tetap Bisa Haid
Tak semua pengangkatan rahim atau histerektomi menyebabkan seseorang kehilangan siklus haidnya. Bila masih menyisakan bagian leher rahim yang berselaput lendir, pada periode tertentu wanita ini masih bisa merasakan haid, sekalipun hanya berupa bercak-bercak saja.
Pengangkatan rahim juga tak akan membuat vagina memendek, bila dokter melakukan teknik menggantung tunggul/ puncak rahim. Menanggapi adanya kekhawatiran kenikmatan seksual yang berkurang akibat tak memiliki mulut rahim, Eric menegaskan, pada dasarnya kenikmatan seksual tetap bisa didapat meski rahim diangkat total.
Eric menjelaskan, syaraf sensorik yang menyebabkan seseorang mendapat kenikmatan seksual berada pada 1/3 luar vagina. Jadi, tak ada masalah sekalipun sudah tak memiliki mulut rahim. Justru ini menghindarkan dari risiko lebih besar, yaitu sang wanita masih punya kemungkinan untuk mengalami kanker serviks. Untuk urusan libido, lanjut Eric, hal itu lebih banyak terkait dengan ovarium atau indung telur. Organ ini berkaitan dengan produksi estrogen yang memiliki pengaruh pada libido wanita. Jika histerektomi dilakukan tanpa mengangkat indung telur, maka tak akan ada pengaruh pada kemampuan libido wanita
.