Pembahasan Lengkap Proses Persalinan Melahirkan Bayi - Banyak hal yang perlu dipelajari seputar proses persalinan. Mulai dari persiapan, proses melahirkan, hingga merawat luka jahit seusai melahirkan. Untuk menjawab pertanyaan seputar persalinan, dr.Antonius Hono Wijono,SpAn, spesialis anestesi dan dr.Bonaventura Dofisisire, SpOG dari Siloam Hospitals Lippo Village, membeberkan sejumlah informasi seputar penggunaan obat bius dan luka jahit pada persalinan.
Pasien Boleh Minta Persalinan Minim Rasa Sakit
Pemanfaatan teknologi dan obat-obatan sudah sejak lama digunakan dalam dunia kebidanan. Tak heran bila ilmu berusia ratusan tahun ini punya kekayaan teknik dan cara untuk menyelesaikan berbagai masalah persalinan. Banyaknya metode yang digunakan memiliki satu benang merah tujuan: mempermudah proses persalinan. Bicara seputar upaya mempermudah proses persalinan modern, tentu tak bisa lepas dari peran anestesi atau obat bius. Nah, agar tak salah memahami pemanfaatan anestesi dalam persalinan, berikut pemaparan dr. Antonius Hono Wijono, SpAn.
Bagaimana menentukan penggunaan bius lokal, regional, atau umum pada proses persalinan?
Sebenarnya penggunaan obat anestesi spektrum luas maupun lokal tergantung kebutuhan dan kasus yang dihadapi. Misalnya, pada persalinan bermasalah yang harus segera dilakukan operasi, bisa dilakukan pembiusan epidural atau umum. Begitu pula persalinan normal per vaginam, juga bisa memanfaatkan anestesi lokal maupun regional. Semua keputusan ini tergantung pasien dan pertimbangan dokter yang menangani. Tujuan utamanya, mempermudah tindakan yang akan diambil dokter dengan mengurangi rasa sakit pada saat persalinan.
Apa saja pertimbangannya sebelum memutuskan menggunakan pembiusan lokal, regional, maupun umum?
Semua tindakan yang diambil tentu memiliki risiko dan keuntungan masing-masing. Anestesi epidural dikatakan punya keuntungan meningkatkan relaksasi otot-otot pinggul tanpa mengurangi proses mengejan, sehingga persalinan bisa berlangsung dalam tempo relatif singkat. Ini karena obat sudah ditakar secara tepat sehingga bekerja secara efektif. Selain pertimbangan non medis, ada pula pertimbangan medis dan psikologis yang mendasari pemilihan jenis anestesi. Misalnya, bila sang ibu punya riwayat psikotik (gangguan kejiwaan), mengalami koma akibat pre-eklampsia atau perdarahan otak, sudah tentu tak bisa sekadar dibius epidural atau regional.
Kondisi ini tak memungkinkan ibu bekerja sama saat proses melahirkan. Kondisi lain juga tak memungkinkan ibu dianestesi spinal (epidural), misalkan bila ternyata ada infeksi di punggung akibat lecet atau penyakit infeksi. Ini sama saja dengan memasukkan kuman ke dalam aliran darah.
Pada wanita yang menggunakan obat pengencer darah atau pengidap kelainan darah terlalu encer, perlu menghindari anestesi spinal (regional).
Sebagai pasien, bolehkah minta pembiusan dilakukan secara regional bahkan total saat akan melahirkan?
Boleh saja. Tapi, ahli anestesi sebelumnya akan menilai kelayakan calon ibu serta efektivitas penggunaan anestesi. Misalnya, apakah risiko efek samping bisa ditekan serendah mungkin. Mengingat anestesi secara total juga akan menurunkan semua refleks tubuh seperti refleks batuk. Selain itu, sebagian besar obat anestesi bekerja menurunkan tekanan darah hingga berisiko pada orang dengan tekanan darah di bawah normal. Obat bius pun bisa masuk ke aliran darah janin hingga bereaksi pada bayi. Menyebabkan bayi mengantuk, lemas dan sebagainya. Namun, bila sudah diperhitungkan
timing (waktu) dan dosisnya secara tepat, hal itu tak akan terjadi.
Pertimbangan lain yang juga perlu dipikirkan, apakah pilihan anestesi regional maupun umum ada gunanya. Misalnya sudah pembukaan 9, bila dilakukan anestesi regional tentu akan sia-sia. Mengingat rasa nyeri persalinan yang paling sakit dirasakan antara pembukaan 4 hingga 10.
Itu, kan, sama saja buang-buang uang, padahal sebentar lagi bayinya akan lahir. Sebaiknya, bila ingin memutuskan dilakukan pembiusan, sebelum pembukaan 4. Begitu pula koordinasi dengan dokter untuk melakukan persalinan minim nyeri, dilakukan sejak sebelum tanda-tanda persalinan dirasakan.
Boleh atau tidak, sih, dilakukan pembiusan total saat persalinan?
Anestesi umum boleh saja dilakukan, tapi dengan indikasi tertentu, seperti koma dan gangguan kejiwaan. Bila tidak, tentu saja akan banyak merugikan. Terutama ibu akan kehilangan momen berharga mendengar tangisan pertama bayi dan inisiasi menyusui dini. Jika menginginkan persalinan dengan nyeri lebih ringan, anestesi regional lebih banyak menguntungkan. Selain dari segi ekonomi lebih murah, hubungan ibu-anak pun terpelihara dengan baik, dan rasa nyeri tak langsung timbul seusai persalinan.
Apakah pembiusan saat persalinan membutuhkan persyaratan khusus?
Setiap pasien, sebelum dibius total, pasti ada prosedurnya. Misalnya, puasa kurang lebih 6 jam sebelum tindakan. Tujuannya, untuk mencegah aliran balik dari lambung masuk ke jalan nafas.
Untuk anestesi regional, sudah tentu pasien harus bebas luka infeksi di punggung tidak sedang menggunakan obat pengencer darah atau punya kelainan darah encer.
Setelah persalinan, apakah masih dibutuhkan tambahan pembiusan lokal?
Jika yang dimaksud penjahitan luka operasi, biasanya tak perlu obat bius tambahan. Anestesi umum sudah bisa diperhitungkan waktu bekerjanya. Sedangkan anestesi regional bisa ditambahkan, selama kateter atau selang anestesi epidural masih berada di posisi pembiusan. Bagi beberapa wanita yang amat sensitif dengan rasa sakit, bisa diupayakan pemberian obat pengurang rasa nyeri.
Jika demikian, bagaimana seharusnya memperlakukan jahitan pasca proses melahirkan?
Sebenarnya kasus jahitan overlapping sudah jarang terjadi, ini sangat tergantung skill operatornya. Sekarang, rata-rata jahitan sudah bagus, karena ada tekniknya. Tapi bila memang terjadi, penjahitan bisa diulang setelah periode tertentu. Soal perlakuan luka jahitan pasca operasi caesar, sebaiknya tidak boleh kena air dulu selama sekitar 1 minggu. Penyembuhan luka sampai kulit menutup diperkirakan kurang lebih 7 hari. Sebaiknya selama masa itu jangan kena air atau basah, karena bisa menyebabkan infeksi.
Setelah 7 hari, perban sudah bisa dilepas dan ibu bisa melakukan aktivitas normal. Untuk merawat bekas jahitan juga bisa pakai salep berkandungan antibiotik. Bila melahirkan per vaginam, jahitan diperlakukan seperti biasa. Hanya perlu dijaga tetap kering. Prinsipnya, buang air kecil tak apa-apa, tapi setelah buang air kecil harus langsung dikeringkan. Tidak harus setiap buang air kecil pakai pembasuh antiseptik.
Kabarnya jika pasca melahirkan tidak boleh mengejan terlalu keras saat BAB (buang air besar)?
Sebaiknya memang setelah melalui proses persalinan, feses tidak keras sehingga harus mengejan kuat saat BAB. Upayakan dalam 5-7 hari setelah melahirkan tidak mengalami feses yang keras. Ibu dianjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah dan sayuran. Serta bisa dikonsultasikan ke dokter untuk mendapatkan bantuan obat-obatan yang akan menjaga konsistensi feses tak terlalu padat.
Lantas, apakah sebaiknya setelah proses penjahitan tetap melakukan aktivitas normal?
Bila kasusnya persalinan operasi sesaria, aktivitas bisa dilakukan secara bertahap. Memang pasien operasi caesar akan merasakan nyeri seusai operasi untuk waktu yang cukup lama. Ada yang sampai 2 tahun masih nyeri, meski tak terlalu mengganggu.
Biasanya selama 1 minggu usai operasi pasien masih perlu minum obat pengurang nyeri. Tapi, bukan berarti aktivitas harus dihindari. Aktivitas sebaiknya dilakukan bertahap. Misalnya, posisi miring setelah 12 jam dioperasi. Esoknya baru boleh duduk. Jika tak ada masalah, baru bisa jalan kaki pelan-pelan.
Untuk melakukan pekerjaan, bisa diupayakan selepas masa nifas, dimana rahim dan perdarahan sisa sudah bersih dan normal. Dimulai dengan aktivitas biasa dulu. Tapi, ada pula pendapat, 40 hari tak boleh angkat beban berat agar tak mengganggu penyembuhan. Saya setuju, minimal 40 hari baru bisa angkat benda berat.
Bila melahirkan normal, setelah satu hari sudah bisa jalan pelan-pelan. Ini justru baik untuk memperlancar aliran darah, terutama ke area luka. Manfaatnya, luka jadi lebih cepat kering. Asal jangan beraktivitas berlebihan saja.
Setelah melahirkan, beberapa wanita merasa tak nyaman berhubungan intim. Apa kiatnya agar hubungan intim pasca melahirkan tak menyiksa?
Prinsipnya, berhubungan intim bisa dilakukan setelah tak ada lagi darah yang keluar. Biasanya 40 hari atau setelah masa nifas, baru bisa berhubungan intim kembali. Pada beberapa perempuan, setelah melahirkan aktivitas seksualnya tak bisa langsung kembali normal. Selain secara psikis juga belum siap dan terlalu lelah mengurus bayi, beberapa wanita juga merasa tak nyaman di bekas luka jahitannya. Terutama yang menjalani operasi caesar. Posisi seks yang disarankan, sebaiknya klasik saja. Istri di bawah dan pasif, suami di atas. Sebisa mungkin jangan ada tekanan di perut bawah istri.
Adakah cara mengatasi masalah yang terlanjur terjadi di bekas luka jahitan?
Bila kasusnya keloid, sebaiknya beri tahu dokternya lebih dulu sebelum persalinan. Sehingga dokter bisa sejak awal mengatasi dan mengurangi keloidnya. Bila terlanjur hasil jahitannya tak bagus, bisa dilakukan sayatan (operasi) ulang. Paling tidak 3 bulan setelah penjahitan, dan jangan coba-coba langsung diperbaiki.
Usahakan penyembuhan luka operasi sudah optimal. Bila belum 3 bulan, hasilnya akan jelek dan bentuknya tak bagus. Luka operasi sebelum 3 bulan, yang terlihat hanya kulit bagian luar yang kering sedangkan bagian dalamnya belum.
Padahal, untuk membuat luka baru di area yang sama, harus membuat sayatan baru agak dalam. Jika dipaksakan, bekas luka operasinya akan tidak bagus
.